©kompas entertainment |
Istirahatlah Kata-kata adalah sebuah film yang merefleksikan sejarah pra-reformasi di Indonesia. Film ini berlatar tahun 1996-1997, yang pada saat itu aktivis-aktivis Indonesia melakukan perlawanan supaya presiden Soeharto segera diganti. Presiden Soeharto memimpin pemerintahan Indonesia selama 32 tahun. Masa pemerintahan tersebut disebut masa orde baru.
Salah satu tokoh aktivis Indonesia yang melakukan perlawanan pada masa pra-reformasi adalah Wiji Thukul. Dia menyuarakan kegelisahannya terhadap ketidakadilan pada masa pemerintahan orde baru melalui puisi-puisinya. Beberapa puisi karya Wiji Thukul yang merefleksikan masa pemerintahan orde baru adalah Peringatan, Bunga dan Tembok, Penyair, Ucapkan Kata-katamu, Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa, Tanah dan Kekuasaan, Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu, Sajak Suara.
Keberanian Wiji Thukul dalam bersuara mencuri perhatian pemerintahan orde baru. Dia tahu bahwa tentara akan menangkapnya. Oleh sebab itu, Wiji Thukul bersembunyi sembari berkarya melalui puisi. Masa persembunyian ini digambarkan dalam film Istirahatlah Kata-kata.
Mengisi waktu dengan menonton film ini sangat membantu penonton untuk membayangkan potongan perjuangan aktivis pra-reformasi di Indonesia. Setidaknya, generasi penikmat demokrasi saat ini memiliki sedikit pengetahuan atas sejarah perjalanan masa pemerintahan di Indonesia melalui film Istirahatlah Kata-kata. Lebih jauh lagi, menonton film ini juga dapat mengusik rasa ingin tahu dan memancing pertanyaan-pertanyaan baru, baik tentang masa pemerintahan orde baru maupun masa pemerintahan setelahnya. Jadi, Film Istirahatlah kata-kata dapat memberi kesadaran bahwa masa demokrasi saat ini bukanlah masa yang didapatkan dengan begitu saja, melainkan masa yang diperjuangkan. Beberapa adegan penting yang menggerakkan alur cerita film ini: Thukul bersembunyi ke Pontianak. Di sana Thukul sulit tidur, sehingga temannya mengajaknya minum tuak di kedai. Supaya tidak dicurigai, Thukul mengubah identitasnya menjadi Paul. Suatu malam, Thukul merindukan keluarganya di Solo. Lalu, iya meminjam uang temannya untuk bertemu dengan keluarganya di Solo. Thukul dapat berkumpul lagi dengan keluarganya secara sembunyi-sembunyi. Keesokan harinya, Pon/istri Thukul menangis karena bimbang. Pon senang berkumpul dengan Thukul, tetapi dia tidak ingin Thukul kembali. Akhirnya, Thukul pergi lagi untuk berjuang bersama gerakan penggulingan Soeharto.
Film Istirahatlah Kata-kata tayang pada 19 Januari 2017 dan berdurasi 1 Jam 38 menit. Penonton yang tidak terbiasa menikmati film bergenre drama dan sejarah memerlukan perjuangan menonton film tersebut hingga akhir cerita. Sebab, beberapa adegan dalam film ini berjalan lambat dan datar, sehingga terkesan monoton. Hal tersebut dapat digambarkan saat Thukul terdiam selama 50 detik di kamar, gelas dikerubung lalat selama 10 detik, gambar sungai selama 27 detik, lukisan The Last Supper selama 27 detik. Penikmat seni dapat mengerti dan menikmati adegan-adegan tersebut, tetapi penonton awam akan kesulitan menikmati adegan monoton tersebut, sehingga mereka cenderung bosan selama menonton. Akibatnya, penonton awam tersebut dapat saja kehilangan cerita penting dari film ini. Selain itu, ada beberapa adegan yang membingungkan apa perannya dalam jalannya alur, seperti adegan pinjam minta odol, adegan mimpi buruk, dan adegan difitnah jadi pelacur.
Haruskan penonton membuat catatan kecil selama menonton untuk mengingatkan bagian cerita penting agar tidak bingung lalu bosan? Lalu, bagaimana cara supaya generasi muda dan penonton awam seni beramai-ramai menonton film Istirahatlah Kata-kata ataupun film sejarah lainnya?
Comments
Post a Comment